'
Pingpong Championship V 2023 PWI Riau, Meriahkan HPN dan HUT ke-77 PWI |
---|
Tunggu Pekan Depan, Subsidi Motor Listrik Rp7Juta Dirilis Pemerintah |
---|
Akhir 2023, Pelabuhan Penyeberangan Mengkapan Dapat Beroperasi |
---|
BMKG Prakiraan Sebagian Cuaca di Riau Cerah dan Berawan |
---|
Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Rp14.977 per Dolar |
---|
Kemenag Klaim Biaya Haji Naik Demi Keadilan |
---|
Wagubri Klaim, Angka Stunting di Riau Saat ini Tercatat 17 Persen |
---|
Kabupaten Kampar Siap Menjadi Tuan Rumah HKIN 2023 |
---|
JAKARTA - Pembakaran kitab suci umat Islam oleh Pemimpin partai sayap kanan Denmark Stram Kurs (Garis Keras), Rasmus Paludan dinilai Perwakilan tinggi Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan tindakan keji.
Terkait Pembakaran Alquran, Kemenlu RI Panggil Dubes Swedia Dilansir di Aljazirah, Selasa (24/1/2023), pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras Rasmus Paludan melakukan aksi tersebut di luar kedutaan Turki di Swedia di bawah perlindungan polisi setempat pada Jumat lalu.
"Sementara Perwakilan Tinggi menekankan pentingnya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia, dia juga menekankan tindakan pembakaran Alquran merupakan ekspresi kebencian terhadap umat Islam," kata juru bicara Miguel Angel Moratinos dalam sebuah pernyataan resmi.
Dalam pernyataannya, Morantinos menilai apa yang dilakukan Rasmus adalah hal yang kurang ajar, menghina penganut agama Islam dan tidak sama dengan kebebasan berekspresi. Moratinos, yang mengepalai badan PBB yang menggambarkan dirinya sebagai dikhususkan untuk mempromosikan pemahaman di berbagai komunitas, mengatakan dia prihatin dengan meningkatnya diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang diarahkan terhadap anggota banyak agama dan komunitas lain di berbagai bagian dunia.
Dia menyerukan pentingnya pembangunan sikap saling menghormati dan promosi masyarakat inklusif dan damai yang berakar pada hak asasi manusia dan martabat untuk semua.
Tak lama setelah Paludan membakar salinan Alquran, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengutuk otoritas Swedia karena gagal melarang protes tersebut. “Itu tindakan rasis. Ini bukan tentang kebebasan berekspresi," ujarnya.
Sumber: Republika
Besok, PWI Riau Gelar Baksos Donor Darah Sempena HUT ke-77 PWI |
---|
Pingpong Championship V 2023 PWI Riau, Meriahkan HPN dan HUT ke-77 PWI |
---|
Tunggu Pekan Depan, Subsidi Motor Listrik Rp7Juta Dirilis Pemerintah |
---|
Akhir 2023, Pelabuhan Penyeberangan Mengkapan Dapat Beroperasi |
---|
BMKG Prakiraan Sebagian Cuaca di Riau Cerah dan Berawan |
---|
Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Rp14.977 per Dolar |
---|
JAKARTA - Pembakaran kitab suci umat Islam oleh Pemimpin partai sayap kanan Denmark Stram Kurs (Garis Keras), Rasmus Paludan dinilai Perwakilan tinggi Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan tindakan keji.
Terkait Pembakaran Alquran, Kemenlu RI Panggil Dubes Swedia Dilansir di Aljazirah, Selasa (24/1/2023), pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras Rasmus Paludan melakukan aksi tersebut di luar kedutaan Turki di Swedia di bawah perlindungan polisi setempat pada Jumat lalu.
"Sementara Perwakilan Tinggi menekankan pentingnya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia, dia juga menekankan tindakan pembakaran Alquran merupakan ekspresi kebencian terhadap umat Islam," kata juru bicara Miguel Angel Moratinos dalam sebuah pernyataan resmi.
Dalam pernyataannya, Morantinos menilai apa yang dilakukan Rasmus adalah hal yang kurang ajar, menghina penganut agama Islam dan tidak sama dengan kebebasan berekspresi. Moratinos, yang mengepalai badan PBB yang menggambarkan dirinya sebagai dikhususkan untuk mempromosikan pemahaman di berbagai komunitas, mengatakan dia prihatin dengan meningkatnya diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang diarahkan terhadap anggota banyak agama dan komunitas lain di berbagai bagian dunia.
Dia menyerukan pentingnya pembangunan sikap saling menghormati dan promosi masyarakat inklusif dan damai yang berakar pada hak asasi manusia dan martabat untuk semua.
Tak lama setelah Paludan membakar salinan Alquran, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengutuk otoritas Swedia karena gagal melarang protes tersebut. “Itu tindakan rasis. Ini bukan tentang kebebasan berekspresi," ujarnya.
Sumber: Republika