PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
JAKARTA — Krisis pasokan bahan bakar minyak (BBM) kian terasa di sektor ritel. Tiga jaringan SPBU swasta besar, yakni BP-AKR, Vivo, dan Shell, serentak menghentikan pembelian BBM dari PT Pertamina Patra Niaga. Keputusan itu diambil setelah sederet syarat teknis dan komersial yang diajukan tidak dapat dipenuhi oleh pihak Pertamina.
Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura, menegaskan perusahaannya tak melanjutkan pembelian karena ada tiga hal yang belum dipenuhi: dokumen kepatuhan, kejelasan spesifikasi produk termasuk kandungan etanol, serta kesepakatan komersial. “Kami harus memastikan standar hukum internasional dijalankan agar tidak ada risiko trade sanction,” kata Vanda. Ia menambahkan, saat ini hanya segelintir SPBU BP-AKR yang masih menjual bensin, dan diperkirakan stok akan benar-benar habis akhir bulan ini.
Hal serupa dialami Vivo Energy Indonesia. Direktur Leonard Mamahit menyebut negosiasi dengan Pertamina sempat dilakukan sesuai arahan Menteri ESDM, namun gagal terealisasi. “Ada beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi Pertamina sehingga pembelian terpaksa dibatalkan,” ujarnya. Akibatnya, 44 SPBU Vivo di wilayah Jabodetabek kini sudah kehabisan stok bensin sejak awal Oktober. Kendati demikian, Leonard menekankan peluang kerja sama masih terbuka jika syarat yang diminta perusahaan bisa dipenuhi ke depan.
Sementara itu, Shell Indonesia juga menghadapi kondisi yang tak jauh berbeda. President Director Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menyebut stok bensin di hampir seluruh SPBU Shell di Jawa telah habis sejak akhir September. Dari 200 SPBU, hanya kurang dari 10 yang masih memiliki stok terbatas, dan diperkirakan segera kosong. Shell sebenarnya sudah mengantisipasi dengan mengajukan tambahan kuota impor sejak Juni, namun pemerintah hanya memberi izin pembatasan impor maksimal 10 persen di atas volume tahun sebelumnya.
Untuk mengatasi kelangkaan, pemerintah bersama sejumlah badan usaha sempat merumuskan skema pasokan melalui base fuel yang disediakan Pertamina. Namun, implementasi skema tersebut masih terhambat pembahasan business to business (B2B). Ketidakpastian inilah yang membuat tiga pemain besar ritel BBM swasta mengambil langkah menunda bahkan membatalkan pembelian dari Pertamina.