|
PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
| POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR | ||||
Editor : Rea | Penulis : Adlis Pitrajaya
Isu kembalinya Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia mencuat setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia pada 20 Maret 2025. Suporter Indonesia yang hadir di Allianz Stadium, Sydney, meneriakkan nama STY sebagai bentuk kekecewaan terhadap performa tim nasional. Meskipun belum ada konfirmasi dari PSSI maupun Shin Tae-yong sendiri, desakan publik semakin menguat. Namun, pertanyaannya, apakah mengembalikan STY benar-benar solusi terbaik?
Evaluasi Pasca-STY: Apa yang Berubah? Setelah kontrak STY berakhir, Timnas Indonesia mengalami perubahan signifikan dalam strategi dan kepelatihan. Pelatih anyar yang ditunjuk PSSI membawa pendekatan berbeda, namun hasil di lapangan masih belum menunjukkan peningkatan. Kegagalan di beberapa laga penting, termasuk kekalahan dari Australia, menjadi pemicu utama kerinduan suporter terhadap era STY.
Di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia mengalami lonjakan prestasi, seperti keberhasilan lolos ke Piala Asia 2023 dan mencetak sejarah di Piala Dunia U-20 (sebelum batal menjadi tuan rumah). Pendekatan disiplin dan peningkatan fisik pemain menjadi faktor utama keberhasilan STY. Kini, setelah ditinggalkan olehnya, performa tim tampak kurang solid, terutama dalam aspek organisasi permainan dan daya juang di lapangan.
Denza N9: SUV Bongsor BYD yang Bisa Bikin Rivalnya Panas Dingin
Mendikdasmen Ingin Lulusan SMK Siap Bekerja dan Berwirausaha
PSSI dan Dinamika Kepelatihan Salah satu pertimbangan utama dalam wacana pemulangan STY adalah sikap PSSI. Dalam beberapa kesempatan, PSSI menegaskan bahwa mereka telah memiliki proyek jangka panjang dengan pelatih baru. Mengembalikan STY tentu bukan keputusan sederhana, terutama jika ada kendala kontrak atau perbedaan visi antara STY dan federasi.
Selain itu, hubungan antara STY dan PSSI sempat mengalami pasang surut. Di akhir masa jabatannya, sempat muncul isu ketidaksepakatan terkait persiapan tim dan kebijakan pemilihan pemain. Hal ini bisa menjadi faktor penghambat jika wacana kembalinya STY benar-benar mengemuka.
Dukungan Suporter: Tekanan atau Aspirasi? Suporter memiliki peran penting dalam ekosistem sepak bola. Teriakan mereka di stadion dan media sosial menunjukkan betapa besar harapan publik terhadap STY. Namun, keputusan strategis seperti pergantian pelatih tidak bisa hanya berdasar pada tekanan publik. PSSI harus mempertimbangkan aspek teknis, finansial, dan kesinambungan proyek pembangunan sepak bola nasional.
Bosan Makan Janji, Masyarakat Suak Merambai Ingin Dr.Afni Jadi Bupati
Meski Dekat Kota Siak, Masyarakat Rawang Air Putih Kecewa dan Ingin Ganti Bupati
Selain itu, ada pertanyaan yang harus dijawab: apakah STY benar-benar ingin kembali? Saat ini, ia tampaknya lebih fokus pada proyek pengembangan sepak bola usia dini melalui STY Foundation. Tanpa adanya komitmen dari kedua belah pihak, wacana ini bisa menjadi sekadar angin lalu.
Solusi Alternatif: Perbaikan Sistematis Daripada sekadar berharap pada satu sosok pelatih, Timnas Indonesia seharusnya fokus pada perbaikan sistematis. Mulai dari pengembangan pemain muda, perbaikan kompetisi domestik, hingga peningkatan kualitas kepelatihan secara menyeluruh. Jika STY memang kembali, ia harus diberikan wewenang penuh untuk membangun tim sesuai visinya, bukan sekadar menjadi pemadam kebakaran setelah serangkaian hasil buruk.
Apakah STY benar-benar solusi terbaik? Jawabannya masih tergantung pada banyak faktor, termasuk kesiapan PSSI, komitmen STY, dan arah pembangunan sepak bola nasional ke depan.