PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
Hamas: Perlawanan yang Membayar Mahal
Berbeda dari Fatah, Hamas lahir dari rahim perlawanan di jalanan Gaza. Sejak awal, Hamas menolak kompromi politik seperti Oslo. Ia mengusung garis keras dan berani menghadapi Israel secara langsung, terutama lewat aksi bersenjata. Bagi sebagian rakyat Palestina, Hamas hadir sebagai simbol perlawanan sejati. Kemenangan Hamas dalam pemilu 2006 menunjukkan bahwa banyak rakyat merasa kecewa terhadap pendekatan kompromistis ala Fatah.
Namun jalan yang ditempuh Hamas juga penuh luka. Serangan-serangan balasan Israel yang masif dan tidak proporsional kerap menjadikan rakyat sipil sebagai korban utama. Gaza, di bawah kekuasaan Hamas, menjadi wilayah yang terkepung dari segala arah. Blokade ekonomi, kehancuran infrastruktur, dan krisis kemanusiaan membayangi kehidupan setiap hari.
Meski Hamas konsisten dalam sikapnya, banyak pihak mulai mempertanyakan efektivitas perlawanan bersenjata dalam menghadapi kekuatan militer yang jauh lebih besar. Perjuangan yang tanpa daya diplomasi membuat Hamas kerap terisolasi. Di sisi lain, keberpihakan negara-negara besar terhadap Israel membuat ruang gerak Hamas semakin sempit.
Ketika Pemimpin Besar Itu Tak Lagi Ada
Di tengah kekerasan yang terus terjadi, yang paling terasa dari Palestina hari ini adalah kekosongan kepemimpinan besar. Tak ada lagi figur seperti Arafat yang bisa menyatukan berbagai faksi, berbicara di forum internasional, dan menggerakkan solidaritas global. Hamas punya semangat, Fatah punya struktur, tetapi tak ada yang mampu menyatukan keduanya dalam visi yang besar dan taktis.
Ketika rakyat Palestina terus menjadi korban kekejaman, para pemimpinnya seolah kehilangan arah. Dunia menyaksikan dengan getir: Israel terus memperluas wilayah, membangun permukiman ilegal, dan menggempur Gaza tanpa henti. Sementara di Ramallah dan Gaza, pemimpin-pemimpin Palestina terjebak dalam konflik internal dan kepasrahan yang menyedihkan.