|
PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
| POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR | ||||
Ini seperti keluarga yang rumahnya sedang kebakaran, tetapi masih bersikeras mengadakan pesta ulang tahun demi menjaga citra. Padahal yang paling dibutuhkan justru introspeksi, pembenahan, dan ketegasan dalam mengambil langkah strategis ke depan.
Beruntung, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT BSP pada akhir Juni lalu, Bupati Siak Dr. Afni Zaini—yang juga pemegang saham mayoritas—mengambil sikap tegas: meminta evaluasi menyeluruh terhadap struktur organisasi dan sumber daya manusia perusahaan. Ini bukan tuntutan biasa. Ini adalah alarm yang menandai bahwa waktu untuk “berbenah pelan-pelan” sudah lewat. Yang dibutuhkan kini adalah reformasi total, bukan tambal sulam.
Peringatan ini juga menunjukkan bahwa problem di tubuh BSP bukan semata teknis—tapi juga struktural. Manajemen yang lamban merespons, pengambilan keputusan yang tidak adaptif, serta minimnya investasi untuk pembaruan infrastruktur menjadi akar dari semua ini. Lebih buruk lagi, kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, hingga perusahaan masuk ke wilayah force majeure bukan karena bencana, tetapi karena kelalaian sendiri.
BUMD seperti BSP semestinya menjadi lokomotif pertumbuhan daerah. Ia harus gesit, modern, dan mengedepankan prinsip tata kelola yang baik — bukan terjebak dalam pola lama yang birokratis dan lamban. Dalam konteks ketahanan energi nasional, keberadaan BSP sangat strategis. Tapi tanpa reformasi manajemen, potensi strategis itu hanya akan menjadi slogan kosong.
Kini BSP berjanji untuk membangun jalur pipa baru menuju Kawasan Industri Tanjung Buton dalam 17 bulan ke depan. Ada juga rencana efisiensi operasional dan penggantian fasilitas produksi. Semua itu terdengar menjanjikan. Tapi publik dan pemegang saham tak bisa lagi hanya diberi janji. Yang dibutuhkan adalah disiplin eksekusi dan transparansi penuh dalam pelaksanaan.