PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
Suatu malam, selepas rapat di kantor PSTI Riau, Rudianto duduk di kursi plastik di pinggir lapangan. Lampu sorot memantulkan cahaya kuning pucat di bola rotan yang berputar di udara. Beberapa anak muda masih berlatih, tertawa ketika bola jatuh.
Rudianto memandang mereka lama. “Kalau nanti ada di antara mereka berdiri di podium dunia, itu sudah cukup bagi saya,” katanya pelan.
Ia tahu, mungkin tak semua pengorbanannya akan tercatat. Tapi di hatinya, sepak takraw bukan soal penghargaan pribadi – melainkan tentang menyalakan api yang lebih besar.
Dan jika Munas PSTI yang tak lama lagi digelar benar-benar mencari pemimpin yang tak hanya pandai bicara tapi terbukti bekerja, barangkali jawabannya sudah ada di lapangan kecil itu, di bawah sinar lampu temaram, bersama seorang pria yang berjanji siap miskin demi sepak takraw Riau.
Namanya Rudianto Manurung. (*)