|
PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
| POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR | ||||
Editor : Putrajaya | Penulis : Rea
BOGOR - Dari tangan anak muda Indonesia lahir sebuah inovasi bahan bakar baru yang mengundang perhatian publik: Bobibos, singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! Produk ini diklaim memiliki kadar oktan (RON) 98 - setara dengan Pertamax Turbo - serta mampu menekan emisi karbon hingga nyaris nol.
Bahan bakar alternatif ini memanfaatkan jerami padi, limbah pertanian yang selama ini kurang termanfaatkan, sebagai bahan dasar utamanya. Selain ramah lingkungan, gagasan Bobibos juga mendukung ketahanan energi sekaligus memperkuat sektor pertanian nasional.
Peluncuran resmi Bobibos berlangsung pada Minggu (2/11/2025) di Bumi Sultan Jonggol, Kabupaten Bogor. Pendiri sekaligus perancang utamanya, M. Iklas Thamrin, menjelaskan bahwa pemilihan jerami sebagai bahan baku lahir dari hasil riset panjang yang mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan biaya produksi.
Stok BBM Menipis, Shell, BP-AKR, dan Vivo Kompak Ambil Langkah Mengejutkan
Data BPS Klaim, Bensin Pemicu Inflasi di Riau pada Agustus 2023
“Kita ingin bahan yang melimpah dan tidak perlu ditanam khusus. Petani sudah menghasilkan padi, otomatis ada jerami. Dari situ muncul ide, kenapa tidak kita olah jadi bahan bakar,” ujar Iklas, dikutip Selasa (11/11/2025).
Menurut Iklas, jerami yang dikumpulkan dari petani kemudian melalui proses pengolahan berlapis, termasuk penyuntikan serum khusus berbasis biokimia untuk menghasilkan cairan energi bernilai tinggi.
“Kami punya lima tahapan utama dalam produksinya, semuanya menggunakan mesin hasil rancangan sendiri,” katanya, sembari menambahkan bahwa sebagian detail proses tetap dirahasiakan karena merupakan formula inti Bobibos.
Sebelum menemukan formula ideal, tim Bobibos sempat melakukan uji coba dengan berbagai bahan lain, seperti mikroalga. Namun, jerami terbukti paling efisien dan ekonomis.
“Bahan lain sempat diuji, tapi secara harga pokok produksi belum bisa bersaing. Jerami paling stabil,” jelas Iklas.
Hasil pengujian internal menunjukkan kadar RON Bobibos mencapai 98,1, angka yang kemudian dikonfirmasi melalui uji laboratorium di Lemigas.
“Awalnya kami tidak menyangka hasilnya setinggi itu. Setelah uji resmi di Lemigas, ternyata benar, RON-nya 98,1,” kata Iklas dengan bangga.
Sebelum tahap tersebut, Bobibos telah diuji coba secara bertahap pada berbagai mesin — mulai dari genset, sepeda motor, mobil, hingga bus. Menurut Iklas, pengembangan ini bukan hasil instan, tetapi perjalanan panjang yang memakan waktu bertahun-tahun.
“Kalau dijelaskan mungkin terdengar sederhana, tapi praktik di lapangan itu proses tahunan,” ujarnya.
Ke depan, Iklas dan timnya menargetkan pembangunan jaringan SPBU Bobibos serta BosMini, versi mini stasiun pengisian bahan bakar yang ditujukan bagi wilayah terpencil.
“Kita ingin energi bersih dan murah bisa dirasakan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Melalui BosMini, kita upayakan harga dan kualitas tetap sama di seluruh daerah,” tegasnya.
Inovasi ini mendapat perhatian dari kalangan akademisi. Ali Ahmudi, Ketua Pusat Kajian Ketahanan Energi Universitas Indonesia (PUSKEP UI), menyambut positif gagasan Bobibos namun mengingatkan pentingnya pembuktian ilmiah lebih lanjut.
“Klaim kadar RON 98 harus diuji secara komprehensif oleh lembaga resmi. Biasanya, bahan bakar dari kilang minyak bumi saja membutuhkan banyak zat tambahan untuk mencapai angka setinggi itu,” ujar Ali.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menilai inovasi seperti Bobibos menjadi sinyal positif bagi perkembangan energi nasional.
“Kami sangat terbuka terhadap inovasi masyarakat. Upaya ini bisa menjadi kolaborasi menuju energi rendah karbon. Semakin banyak inovasi, semakin sehat pula iklim persaingan,” kata Simon di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Dengan lahirnya Bobibos, harapan baru muncul bagi kemandirian energi Indonesia. Dari jerami yang dulu dianggap limbah, kini muncul potensi besar menuju masa depan energi bersih buatan anak negeri. *