PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
JAKARTA – Regu penyelamat masih berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi korban gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025). Hingga Kamis (3/4/2025), laporan pemerintah menyebut jumlah korban tewas telah melampaui 3.000 orang.
Dalam pernyataan yang diunggah Kedutaan Besar Myanmar di Jepang melalui laman Facebook resminya pada Rabu (2/4), jumlah korban jiwa telah mencapai 3.003 orang. Sementara itu, di Thailand, sedikitnya 15 orang tewas dan 72 lainnya masih hilang setelah sebuah pencakar langit yang masih dalam tahap konstruksi di Bangkok roboh akibat guncangan dari gempa yang berpusat di wilayah Sagaing, Myanmar.
Gempa berkekuatan 7,7 dan 6,4 yang mengguncang wilayah tengah Myanmar—tempat tinggal bagi 28 juta penduduk—telah menyebabkan bangunan runtuh serta memicu krisis pangan, air bersih, dan tempat tinggal bagi warga yang selamat.
Bencana ini semakin diperparah oleh prakiraan cuaca yang menunjukkan kemungkinan hujan deras di luar musim mulai 11 April. Hal ini dapat menjadi tantangan besar bagi tim penyelamat yang masih berjuang menemukan korban di negara yang tengah dilanda perang saudara.
Hingga saat ini, sudah ada 53 penerbangan yang membawa bantuan kemanusiaan tiba di Myanmar. Selain itu, lebih dari 1.900 personel penyelamat dari 15 negara, termasuk dari negara-negara Asia Tenggara, China, India, dan Rusia, telah dikerahkan untuk membantu operasi penyelamatan.
Junta militer Myanmar mengumumkan gencatan senjata selama tiga pekan hingga 22 April, memberikan kesempatan bagi operasi penyelamatan berjalan lebih efektif. Pernyataan ini muncul sehari setelah aliansi oposisi utama Myanmar terlebih dahulu menyerukan gencatan senjata demi kemanusiaan pada Selasa (1/4).
Setelah gempa besar pada Jumat lalu, Myanmar terus diguncang oleh 66 gempa susulan dengan magnitudo berkisar antara 2,8 hingga 7,5, menurut Departemen Meteorologi dan Hidrologi Myanmar.
Dengan situasi yang masih bergejolak, upaya penyelamatan terus berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan sebanyak mungkin korban di tengah kondisi yang semakin sulit. *
Sumber: Republika