PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
S-300 adalah sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh buatan NPO Almaz yang awalnya dikembangkan oleh Uni Soviet. Sistem ini digunakan untuk menghadang serangan udara dan rudal jelajah, serta masih dioperasikan oleh Rusia, Ukraina, dan sejumlah negara lain termasuk Bulgaria, Yunani, Tiongkok, dan Iran.
Sistem S-300 bekerja secara otomatis, namun tetap bisa dikendalikan secara manual. Radar penargetan akan memberikan data kepada pos komando pusat untuk menyaring target palsu dan menentukan sasaran utama. Jangkauan rudal ini mencapai 40 kilometer dari pos komando.
Adapun generasi penerusnya adalah S-400 (dikenal NATO sebagai SA-21 Growler) yang mulai dioperasikan sejak 28 April 2007.
Di sisi lain, respons internasional atas konflik ini terus berkembang. Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Ukraina, Keith Kellogg, dalam wawancaranya dengan The Times yang dikutip oleh kantor berita Rusia TASS, mengusulkan pembagian wilayah Ukraina demi menghentikan pertempuran—mirip pembagian Berlin pasca-Perang Dunia II.
Menurut Kellogg, zona kendali dapat dibagi antara pasukan Rusia dan kekuatan Eropa seperti Inggris dan Prancis. Pasukan Eropa akan mengendalikan wilayah barat Ukraina sebagai "pasukan penjamin perdamaian", sementara Rusia tetap menguasai wilayah timur seperti saat ini.