PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
ISLAMABAD – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali menjadi sorotan, seiring meningkatnya kekuatan militer kedua negara sejak bentrokan bersenjata terakhir pada 2019. Meski belum meletus konflik terbuka, para pengamat menyebut kawasan Asia Selatan kini berada dalam risiko eskalasi militer yang lebih serius.
Sejak merdeka dari Inggris, India dan Pakistan telah berperang tiga kali—1948, 1965, dan 1971—dengan wilayah sengketa Kashmir sebagai titik api utama. Pada 2019, konflik kembali memanas ketika India melancarkan serangan udara ke wilayah Pakistan menyusul serangan bom terhadap konvoi militer di Kashmir. Dua hari kemudian, Pakistan membalas dengan menjatuhkan jet tempur India. Insiden ini mendorong kedua negara meningkatkan sistem pertahanannya secara signifikan.
“Setiap pihak merasa kini berada di posisi yang lebih siap dibanding sebelumnya,” kata Muhammad Faisal, peneliti keamanan Asia Selatan dari University of Technology Sydney. “Tapi siapa yang unggul baru akan terlihat jika perang betul-betul pecah.”
Kekuatan Udara Jadi Penentu
Salah satu pembaruan terbesar ada di langit. India kini mengoperasikan 36 jet tempur Rafale buatan Prancis, yang dikenal memiliki teknologi tercanggih dan dilengkapi rudal Meteor berkemampuan beyond visual range (BVR). Di sisi lain, Pakistan telah menerima setidaknya 20 unit J-10C buatan China sejak 2022, dilengkapi rudal PL-15 yang sekelas dengan Meteor.