PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
PROGRAM pendidikan bergaya militer bagi anak-anak bermasalah yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat menuai polemik. Di satu sisi, program ini dianggap sebagai terobosan dalam menangani kenakalan remaja. Namun di sisi lain, kritik bermunculan dari sejumlah pihak yang menilai pendekatan tersebut berisiko menekan mental anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjadi salah satu pihak yang menyampaikan kekhawatiran. Menurut KPAI, menempatkan anak-anak di barak militer bukanlah solusi ideal, karena dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi psikologis mereka. Kekhawatiran ini seketika memicu perdebatan publik.
“Kegiatan ini bukan bentuk hukuman, tapi pembinaan karakter.” – Brigjen Wahyu Yudhayana
Baca :
Namun, apa yang dilihat sebagian pihak sebagai tindakan yang membahayakan justru dianggap sebagai harapan oleh banyak orang tua. Mereka dengan sukarela mendaftarkan anak-anak mereka untuk mengikuti program ini. Bagi mereka, ini adalah ikhtiar terakhir agar anak-anak mereka kembali ke jalur yang benar. Beberapa orang tua bahkan merasa lega karena akhirnya ada program nyata yang bisa menjangkau anak-anak yang selama ini sulit ditangani.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menggulirkan wacana ini sebagai bentuk pembinaan, bukan hukuman. Anak-anak yang terlibat adalah mereka yang memiliki catatan kenakalan, keterlibatan dalam pergaulan bebas, hingga kecanduan gawai dan bolos sekolah. Program ini bertujuan untuk membentuk kembali karakter mereka dalam lingkungan yang terstruktur dan disiplin.