PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
JAKARTA - Langkah Donald Trump di Timur Tengah dalam beberapa pekan terakhir memunculkan sinyal tegas: Israel tak lagi jadi prioritas utama.
Meski dikenal sebagai sekutu dekat Israel selama masa jabatan pertamanya, kebijakan luar negeri Trump di periode kali ini menunjukkan arah berbeda. Kesepakatan dengan kelompok Houthi, pembicaraan diam-diam dengan Iran, serta inisiatif normalisasi dengan Saudi yang tak lagi melibatkan Tel Aviv, menimbulkan kekhawatiran di kalangan elite politik Israel dan diaspora Yahudi di AS.
"Amerika memajukan kesepakatan regional baru, tapi mengabaikan Netanyahu dan Israel," kata Yair Golan, ketua partai kiri Meretz di Israel.
Trump sempat menyindir keras Joe Biden pada Mei 2024 karena dinilai "meninggalkan Israel." Namun kini, justru Trump yang dianggap tengah menjauh. Komentator politik Israel, Dana Fahn Luzon, menyebut Trump seperti memberi sinyal pada Netanyahu: “Sayang, saya sudah muak denganmu.”
Dalam periode pertamanya, Trump memenuhi hampir semua keinginan pemerintah Israel: memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem, keluar dari kesepakatan nuklir Iran, hingga menengahi Abraham Accords. Tapi kini, pendekatannya berubah drastis.
"Trump akan mendukung Israel, tapi tidak jika harus membayar mahal atau ikut terseret dalam kekacauan Gaza," tulis Michael Koplow dari Israel Policy Forum.
Bahkan kolumnis New York Times, Thomas Friedman, menyalahkan Netanyahu atas gagalnya kesepakatan damai Israel-Saudi. Dalam kolom berjudul “Pemerintah Israel Ini Bukan Sekutu Kita”, Friedman menyebut Netanyahu sebagai penghalang diplomasi yang justru merugikan posisi Israel dan AS.
Di AS, tekanan terhadap Trump mulai bermunculan. Sejumlah anggota parlemen bipartisan melayangkan surat protes terkait kesepakatannya dengan Houthi yang dinilai melemahkan posisi Israel. Namun jajak pendapat terbaru dari Arab American Institute menunjukkan tren baru: separuh pendukung Partai Republik setuju Israel harus ditekan untuk mengakhiri pendudukan dan membuka jalan bagi negara Palestina.
Sarah Tuttle-Singer, penulis Israel-Amerika, menilai pendekatan Trump justru menyisihkan Israel dari panggung utama. “Dia menggambar ulang peta regional. Dan Israel tidak ada dalam ruangan itu,” tulisnya. *