|
PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
| POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR | ||||
PEKANBARU – Kepolisian Daerah (Polda) Riau menangkap 169 pelaku kejahatan jalanan dalam Operasi Pekat Lancang Kuning 2025 yang digelar sejak 1 hingga 14 Mei. Operasi ini menyasar berbagai tindak kriminal yang belakangan marak dan meresahkan masyarakat.
Wakil Kepala Polda Riau, Brigjen Pol Yossy Kusumo, menyatakan pihaknya tidak akan memberi ruang bagi aksi premanisme di wilayah hukum Riau.
"Kami akan bersihkan Riau dari segala bentuk kejahatan yang mengganggu ketertiban. Siapa pun yang mencoba-coba, akan kami tindak tegas," ujar Yossy dalam konferensi pers di Mapolda Riau, Kamis (15/5).
Turut hadir dalam ekspos tersebut Direktur Reserse Kriminal Umum, Direktur Reserse Narkoba, Kabid Humas, dan Kabid Propam Polda Riau.
Dari 169 orang yang diamankan, 13 di antaranya merupakan anak di bawah umur. Mereka rata-rata masih duduk di bangku SMA dan SMK kelas 2 dan 3. Selain itu, polisi juga mencatat enam perempuan terlibat dalam berbagai aksi kejahatan jalanan.
"Anak-anak ini sedang kami proses sesuai mekanisme diversi yang berlaku," kata Dirreskrimum Kombes Pol Asep Dermawan.
Asep memerinci, para pelaku terdiri dari kelompok usia 13–17 tahun (13 orang), usia 18–25 tahun (49 orang), usia 26–55 tahun (106 orang), dan empat orang berusia di atas 55 tahun.
"Kami prihatin dengan tingginya keterlibatan anak muda dalam aksi kekerasan dan kriminalitas di jalan. Ini harus jadi perhatian semua pihak," tegas Asep.
Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah aksi geng motor yang melibatkan sekitar 30 kendaraan. Mereka menyerang warga dengan senjata tajam, merampas barang berharga seperti handphone, kamera, dan sepeda motor.
"Dalam beberapa kasus, pelaku bahkan menggunakan airsoft gun dan senjata api rakitan," lanjutnya.
Selain itu, polisi juga mengungkap berbagai kasus lain seperti pemerasan, pengancaman, pungutan liar, penggelapan, hingga penyalahgunaan narkoba.
Sejumlah barang bukti disita dalam operasi ini, antara lain samurai, pisau, airsoft gun, handphone hasil rampasan, sabu-sabu, dan uang tunai yang diduga hasil kejahatan.
"Operasi ini adalah bentuk kehadiran negara dalam menjamin rasa aman masyarakat. Tidak ada tempat bagi premanisme di Riau," tegas Asep. *