|
PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
| POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR | ||||
Editor : Rea | Penulis : Adlis Pitrajaya
DI TENGAH derasnya arus modernisasi dan persaingan industri manufaktur, ada satu warisan budaya yang tetap bertahan dan terus berkembang di Riau: kerajinan rotan. Sejak dulu, rotan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari perabotan rumah tangga hingga hiasan dekoratif. Namun, di balik keindahan dan nilai seni yang tinggi, para pengrajin rotan di Riau menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah.
Kerajinan rotan di Riau bukan sekadar industri, tetapi juga warisan turun-temurun yang mencerminkan keterampilan dan kreativitas masyarakat setempat. Beberapa daerah di Riau yang dikenal sebagai sentra kerajinan rotan antara lain Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, dan Pekanbaru. Di sana, banyak pengrajin yang masih mempertahankan teknik tradisional dalam mengolah rotan menjadi berbagai produk bernilai tinggi.
Rotan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan bahan lain seperti plastik atau kayu. Selain kuat dan fleksibel, rotan juga lebih ramah lingkungan karena bisa diperbarui tanpa merusak ekosistem secara signifikan. Produk rotan dari Riau meliputi kursi, meja, lemari, keranjang, tikar, hingga pernak-pernik dekorasi yang memiliki nilai estetika tinggi dan banyak diminati, baik di pasar lokal maupun internasional.
Tantangan yang Dihadapi Pengrajin Rotan
"Satu Dolar" untuk Riau: PHR Didesak Buka Kartu
Perebutan Ketua Golkar Riau: Antara Loyalitas Kader dan Kepentingan Politik
Meskipun memiliki potensi besar, para pelaku UMKM rotan di Riau tidak luput dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan bahan baku. Rotan berkualitas tinggi semakin sulit diperoleh akibat eksploitasi yang tidak terkendali dan kebijakan pembatasan ekspor bahan mentah. Akibatnya, harga rotan melonjak, sehingga produksi menjadi lebih mahal.
Selain itu, persaingan dengan produk berbahan sintetis menjadi tantangan lain yang cukup berat. Banyak perabotan berbahan plastik atau kayu olahan yang lebih murah dan mudah didapat di pasaran, membuat permintaan terhadap produk rotan cenderung menurun. Tak hanya itu, kurangnya inovasi dalam desain dan pemasaran juga menjadi kendala bagi banyak UMKM dalam menjangkau pasar yang lebih luas.
Di tengah berbagai tantangan, banyak pengrajin rotan di Riau yang mulai beradaptasi dengan perkembangan zaman. Salah satu strategi utama yang diterapkan adalah pemanfaatan teknologi digital. Dengan semakin berkembangnya media sosial dan platform e-commerce, UMKM rotan mulai menjual produk mereka secara online, menjangkau pasar yang lebih luas hingga ke luar daerah.