POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR
Home Pasar

Etanol dalam BBM: Harapan Baru, Tantangan Lama

Jumat, 3 Oktober 2025 | 23:08:39 WIB
Editor : Putrajaya | Penulis : Lin
Etanol dalam BBM: Harapan Baru, Tantangan Lama

PEKANBARU - Pemerintah kian gencar mendorong pemanfaatan energi terbarukan. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mencampurkan etanol ke dalam bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan ini diharapkan bisa menekan impor minyak fosil sekaligus memperluas penggunaan energi ramah lingkungan. Langkah ini bukan tanpa preseden. Brasil telah lama menggunakan etanol dari tebu, sementara Amerika Serikat mengandalkan jagung. Kini, Indonesia mencoba berjalan di jalur yang sama.

Secara teknis, etanol adalah alkohol hasil fermentasi tanaman. Di dunia energi, ia kerap dicampurkan dengan bensin dalam kadar tertentu, misalnya 10 persen (E10) atau 20 persen (E20). Dari sisi lingkungan, etanol menjanjikan pembakaran yang lebih bersih. Emisi berbahaya seperti karbon monoksida dan hidrokarbon dapat ditekan, sementara angka oktan yang lebih tinggi membuat mesin bekerja dengan pembakaran yang lebih sempurna.

Selain aspek lingkungan, etanol juga menawarkan nilai tambah ekonomi. Ketergantungan pada minyak bumi bisa berkurang, sementara petani tebu dan singkong memperoleh pasar baru. Desa-desa penghasil bahan baku diharapkan ikut terdongkrak kesejahteraannya. Tidak sedikit pihak yang melihat ini sebagai momentum untuk menciptakan kemandirian energi sekaligus keseimbangan pembangunan antara kota dan desa.

Baca :

Namun di balik semua itu, ada sisi lain yang jarang dibicarakan secara terbuka. Etanol ternyata membawa konsekuensi teknis yang cukup serius, terutama pada kendaraan lama. Dengan sifatnya yang higroskopis, etanol mudah menyerap air dari udara. Akibatnya, tangki dan saluran bahan bakar rentan berkarat lebih cepat. Komponen logam yang sebelumnya awet bisa lebih cepat mengalami korosi.

Bukan hanya logam, bagian non-logam seperti karet juga menjadi korban. Seal, gasket, hingga selang bahan bakar karet dapat mengeras, retak, atau mengembang setelah terpapar etanol dalam waktu lama. Di bengkel-bengkel, mekanik mulai menerima keluhan semacam ini, terutama dari pemilik kendaraan lawas. “Bensin terasa lebih cepat habis, tapi yang lebih mengkhawatirkan justru kerusakan pada seal karet dan tangki,” ujar seorang mekanik di bilangan Jakarta Timur.

Masalah lain adalah efisiensi. Karena kandungan energi etanol lebih rendah dibanding bensin murni, kendaraan dengan BBM bercampur etanol biasanya lebih boros. Untuk jarak tempuh yang sama, konsumsi bahan bakarnya bisa lebih banyak. Hal ini menimbulkan dilema di masyarakat: lebih ramah lingkungan, tetapi lebih sering mengisi tangki.

Dari sisi bisnis, kekhawatiran terhadap dampak teknis dan efisiensi inilah yang diduga menjadi salah satu alasan sejumlah perusahaan migas internasional meninjau ulang kerja samanya. Shell dan beberapa pemain asing dikabarkan lebih berhati-hati dalam pembelian maupun distribusi BBM bercampur etanol. Risiko kerusakan mesin pelanggan hingga potensi protes konsumen dianggap terlalu besar jika infrastruktur pendukung dan edukasi pasar belum siap.

Di tingkat global, isu pangan juga tak kalah mengemuka. Jika permintaan etanol terus naik, bahan baku seperti singkong dan jagung bisa beralih dari kebutuhan konsumsi manusia menjadi energi. Harga pangan dikhawatirkan ikut terdorong naik, menimbulkan masalah sosial baru.

Meski penuh tantangan, masa depan etanol tetap terbuka. Inovasi teknologi mesin terus dikembangkan agar lebih tahan terhadap campuran etanol. Riset bahan baku non-pangan juga mulai dilakukan, seperti memanfaatkan limbah pertanian atau rumput energi, demi menghindari konflik dengan kebutuhan pangan.

Bagi masyarakat, memahami manfaat sekaligus risiko etanol sangat penting. Campuran ini memang bisa menjadi bagian dari transisi menuju energi lebih bersih, tetapi juga menuntut perawatan ekstra pada kendaraan, terutama yang berusia tua. Pertanyaannya kini, sejauh mana publik siap menerima perubahan ini, dan sejauh mana pemerintah serta industri mampu menjawab tantangan yang muncul. *


Pilihan Editor
Berita Lainnya
olahraga
Pastoor Sindir PSSI: Indonesia Masih Jauh dari Level Piala Dunia
Selasa, 21 Oktober 2025 | 19:59:56 WIB
pasar
Purbaya Bongkar 15 Pemda yang Paling Banyak Simpan Dana di Bank
Selasa, 21 Oktober 2025 | 11:38:58 WIB
Pasar
Wajah
Dipercaya Gubri Jabat Kadis PMD Riau, Ini Harapan Mhd Firdaus
Dipercaya Gubri Jabat Kadis PMD Riau, Ini Harapan Mhd...
Jumat, 19 September 2025 | 23:14:21 WIB
Artikel Popular
3
4
5
politikus
Jazuli: Nilai Undang Undang Pemilu Perlu Revisi
Jazuli: Nilai Undang Undang Pemilu Perlu...
Jumat, 3 Januari 2025 | 16:30:00 WIB
Politik
Bawaslu Kampar Berharap Lahir Kerjasama Kedua Pihak
Bawaslu Kampar Berharap Lahir Kerjasama Kedua...
Rabu, 15 Oktober 2025 | 23:50:18 WIB
Riau dan Gagalnya Mimpi Wisata
Riau dan Gagalnya Mimpi Wisata
Senin, 5 Mei 2025 | 11:59:34 WIB
Tradisi Unik yang Penuh Makna dan Keseruan
Tradisi Unik yang Penuh Makna dan Keseruan
Minggu, 16 Maret 2025 | 10:04:32 WIB
Bali Destinasi Wisata Nomor Satu di Asia-Pasifik
Bali Destinasi Wisata Nomor Satu di Asia-Pasifik
Kamis, 13 Maret 2025 | 11:56:04 WIB