PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
Masalah lain adalah efisiensi. Karena kandungan energi etanol lebih rendah dibanding bensin murni, kendaraan dengan BBM bercampur etanol biasanya lebih boros. Untuk jarak tempuh yang sama, konsumsi bahan bakarnya bisa lebih banyak. Hal ini menimbulkan dilema di masyarakat: lebih ramah lingkungan, tetapi lebih sering mengisi tangki.
Dari sisi bisnis, kekhawatiran terhadap dampak teknis dan efisiensi inilah yang diduga menjadi salah satu alasan sejumlah perusahaan migas internasional meninjau ulang kerja samanya. Shell dan beberapa pemain asing dikabarkan lebih berhati-hati dalam pembelian maupun distribusi BBM bercampur etanol. Risiko kerusakan mesin pelanggan hingga potensi protes konsumen dianggap terlalu besar jika infrastruktur pendukung dan edukasi pasar belum siap.
Di tingkat global, isu pangan juga tak kalah mengemuka. Jika permintaan etanol terus naik, bahan baku seperti singkong dan jagung bisa beralih dari kebutuhan konsumsi manusia menjadi energi. Harga pangan dikhawatirkan ikut terdorong naik, menimbulkan masalah sosial baru.
Meski penuh tantangan, masa depan etanol tetap terbuka. Inovasi teknologi mesin terus dikembangkan agar lebih tahan terhadap campuran etanol. Riset bahan baku non-pangan juga mulai dilakukan, seperti memanfaatkan limbah pertanian atau rumput energi, demi menghindari konflik dengan kebutuhan pangan.
Bagi masyarakat, memahami manfaat sekaligus risiko etanol sangat penting. Campuran ini memang bisa menjadi bagian dari transisi menuju energi lebih bersih, tetapi juga menuntut perawatan ekstra pada kendaraan, terutama yang berusia tua. Pertanyaannya kini, sejauh mana publik siap menerima perubahan ini, dan sejauh mana pemerintah serta industri mampu menjawab tantangan yang muncul. *