PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
ANIS Fauzan, terlahir dari pasangan H. Abd Nafi’ Anwar dan Hj. Siti Farida, Anis merupakan anak desa. Lahir di desa terpencil di Sumber Nangka, Ledokombo, Jember, 22 Mei 1985. Di desa itu dia menamatkan pendidikan sekolah Dasar.
Setamat dari SDN Ledokombo I, oleh kedua orang tuanya Anis diberangkatkan ke pondok pesantren Annuqayah di Sumenep, Madura, karena H. Abd Nafi’ Anwar ayahnya dan Hj. Siti Farida ibunya ingin agar Anis bisa menjadi ahli agama.
Setelah Enam tahun jadi santri di Pondok pesantren tertua di Sumenep, Anis melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta. Namun, meski jebolan Fakultas Hukum Universitas Muhammdiyah Jakarta, dia tetap bersikukuh kalau dirinya adalah santri NU 24 karat.
"Saya hanya “numpang” sekolah di Muhammadiyah, tapi saya tetap NU, karena lahir dan besar dalam kultur pesantren dan NU," imbuhnya mengawali bincang-bincang
dengan pria penuh humor ini.
Selain berprofesi sebagai seorang pengacara dan advokat, dia juga seorang politisi Partai Demokrat Indonesia dengan jabatan sebagai Anggota Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat di Periode 2020-2025. Di periode sebelumnya, 2015 - 2020 dia menjabat Kepala Divisi Komunikasi Publik DPD Partai Demokrat Provinsi DKI Jakarta.
Di Pemilu 2024 mendatang, Anis maju sebagai calon legislatif (Caleg) DPR RI dari Partai Demokrat di Dapil Kota kelahirannya, Jember-Lumajang. Dirinya mengaku lebih siap,dibandingkan saat maju di dapil yang sama pada Pemilu 2019 lalu.
" Pasti lebih beda. Kegagalan harus menjadi sebuah pembelajaran dan tantangan untuk lebih memperbaiki diri. Tetap konsisten maju jadi Caleg dari Dapil daerah kelahiran, agar saya tetap bisa punya ikatan batin, dan berkontribusi positif untuk warga Jember dan Lumajang," ujar suami dari Julisnaina Nur Syamkumalawati, perempuan sholehah yang berkarir di bidang hukum sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Ranah politik, bukan hal yang baru bagi Anis. Apalagi semasa mahasiswa dia cukup aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Islam dan kelompok elemen Pro Demokrasi. Dia sangat konsen terhadap isu-isu Human Right (HAM) dan Kepemiluan.
Menurutnya, Pemilu yang berkeadilan akan menghadirkan pemimpin yang kuat namun tetap membumi. Backgroudnya sebagai pengacara, modal besar bagi Anis. Dia lebih lentur 'bermain' di ranah politik dengan berbagai ritme yang muncul.
Apalagi pengalamannya beberapa kali menangani perkara perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah di Mahkamah Konstisusi. Pendampingan kepada masyarakat kurang mampu dalam pemenuhan hak-hak sipil warga negara, maupun mengadvokasi warga dalam mencari dan mendapatkan keadilan, maupun menangani perkara-perkara tipikor, semakin membuka mata Anis.
"Pembentukan hukum di Indonesia merupakan produk politik dan kekuasaan, karena itu Pemilu harus melahirkan penguasa yang bijak dan menjunjung tinggi hukum, "tegasnya.
Disinggung kenapa berlabuh di Partai Demokrat? Anis dengan cepat menjawab sesuai dengan kepribadiannya yang Nasionalis dan Religius.
"Bedanya dulu kalau di Pesantren nyantri ke Kiai, kalau sekarang di Demokrat jadi santrinya SBY," jelasnya terbahak.
Disinggung soal visi nya maju, Anis sangat bijak dalam menuturkannya. Visi besarnya, memastikan negara hadir untuk kepentingan masyarakat, terutama masyarakat yang diwakilinya dari Jember dan Lumajang.