PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
PULUHAN ribu orang berkumpul di Gereja Santa Maria, Coriano, Italia, pada tanggal 27 Oktober 2011, untuk menghadiri peringatan dan penghormatan terakhir bagi Marco Simoncelli. Saat itu, langit tampak seolah menangis dengan gerimis yang turun, namun hujan tersebut tidak menghalangi para penggemar MotoGP untuk menghadiri acara tersebut. Banyak dari mereka mengenakan jaket dan atribut dengan angka "46" dan "58", merujuk pada nomor balap Valentino Rossi dan Marco Simoncelli.
Laporan media lokal menyebutkan bahwa sekitar 20 ribu orang menghadiri acara tersebut. Dalam suasana penuh kesedihan, mereka sabar mengantre dan menunggu giliran untuk masuk ke dalam gereja. Di depan altar, terdapat peti mati Marco Simoncelli, sementara dua motor berada di panggung di belakangnya, sebagai simbol penghormatan terakhir bagi pembalap Italia tersebut.
Marco Simoncelli, yang akrab disapa "Super Sic," meninggal dunia dalam usia 24 tahun akibat kecelakaan tragis di Sirkuit Sepang, Malaysia, hanya dua hari sebelum peristiwa ini. Ia mengalami kecelakaan saat balapan GP Malaysia, ketika motor Honda Gresini-nya kehilangan traksi dan menyebabkannya terjatuh di tikungan ke-15. Kecelakaan tersebut tragis, karena Simoncelli terjatuh di tengah lintasan dan ditabrak oleh Colin Edwards dan Valentino Rossi, sehingga mengakibatkan cedera serius pada bagian dada, leher, dan kepala yang pada akhirnya merenggut nyawanya.
Marco Simoncelli dianggap sebagai salah satu pembalap muda berbakat Italia, dan kematian prematurnya menjadi pukulan keras bagi dunia MotoGP. Bukan hanya para penggemar Simoncelli yang merasakan kehilangan ini, tetapi juga para penggemar Valentino Rossi, yang memiliki hubungan khusus dengan Simoncelli melalui nomor balap "46" dan "58".
Simoncelli dan Rossi, selain berasal dari Italia, juga memiliki kesamaan dalam gaya balapan dan kepribadian mereka. Simoncelli dikenal memiliki gaya balapan yang penuh semangat dan risiko, mengingatkan banyak orang pada awal karier Rossi. Ia tidak terlalu mementingkan statistik atau data yang diberikan oleh tim mekanik, tetapi lebih fokus pada performa motor dan insting balapnya.
Dalam wawancara dengan Matt Oxley, seorang mantan pembalap dan kolumnis di majalah Motorsport, Simoncelli pernah mengungkapkan pandangannya tentang gaya balapan. Ia membagi pembalap menjadi dua tipe: gaya lama dan gaya baru. Gaya lama, seperti yang dipegang oleh Simoncelli, Rossi, dan beberapa pembalap lainnya, lebih mengutamakan insting dan keberanian, sementara gaya baru lebih cenderung mengandalkan analisis statistik dan data tim.
Oleh karena itu, Marco Simoncelli dianggap sebagai seorang "gladiator" di lintasan balap, yang siap berperang tanpa terlalu terpaku pada perhitungan teknis. Warisannya sebagai pembalap yang penuh semangat dan dedikasi masih dikenang oleh komunitas MotoGP, dan peristiwa penghormatannya di Gereja Santa Maria merupakan momen mengharukan yang menggambarkan betapa besar pengaruhnya dalam dunia balap motor. *