PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
"Mereka ambil sumber daya alam, hutannya dibabat, tambangnya diambil, mungkin lingkungannya saat itu tidak lebih baik dari kita sekarang. Sebagian negara lain di era 40-an sampai 60-an, mereka punya utang, punya tambang. Semuanya mereka keruk. Negara mereka belum maju waktu itu," kata Bahlil.
Menurut Rawa, klaim Menteri Bahlil bahwa banyak negara-negara barat memprotes kegiatan eksplorasi sumber daya alam di Indonesia tidak punya argumen yang kuat.
"Yang mereka protes itu bukan masalah eksplorasinya, tapi prosesnya yang tidak ramah lingkungan. Eksplorasi tambang di Raja Empat misalnya, itu jelas-jelas merusak lingkungan wisata yang sudah sangat dikenal dunia. Bayangkan, di Raja Empat, berapa banyak sumber ekonomi masyarakatnya yang terganggu karena rusaknya kawasan wisata, rusaknya lingkungan karena hutan dibabat dan seterusnya," tandas Rawa.
Rawa sendiri menilai Menteri Bahlil tidak mengerti dan sangat tidak paham bahwa gerakan pembangunan berkelanjutan merupakan gerakan dunia, bukan negara barat dan maju saja. Kritikan terhadap eksploitasi sumber daya alam Indonesia ini, kata Rawa, diiinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi tentang hak azazi manusia dan NGO atas dasar hak-hak masyarakat lokal.
"Gerakan iklim ini juga dimotori oleh lembaga di bawah PBB atas krisis iklim dan kerusakan ozon. Gerakan ini didukung sepenuhnya oleh negara barat, NGO dan negara ketiga, termasuk perdagangan global. Jadi sebaiknya Bahlil harus paham hal ini," tandas Rawa. *