PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
TINDAKAN militer Israel di Gaza kian brutal. Bahkan, sekutu lamanya seperti Prancis, Inggris, dan Jerman mulai gerah. Serangan terhadap diplomat asing dan ancaman pencaplokan wilayah membuat Tel Aviv makin terlihat sebagai negara yang tak bisa dikendalikan. Tapi yang paling memalukan, negara-negara Arab justru tetap diam.
Eropa mulai kehilangan kesabaran. Prancis, Inggris, dan Jerman — tiga negara yang selama ini menjaga relasi hati-hati dengan Israel — kini membuka suara lebih lantang. Aksi brutal Israel di Rafah dan Gaza bukan hanya menuai kecaman publik internasional, tapi juga telah menyentuh batas toleransi para pemimpin Eropa.
Pemicunya bukan semata jumlah korban sipil, tapi insiden serius beberapa hari lalu, ketika pasukan Israel memberondong konvoi diplomat internasional yang hendak meninjau wilayah kemanusiaan di Palestina. Tindakan itu dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, sekaligus tamparan terhadap sekutu-sekutunya sendiri.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutnya “serangan terhadap martabat diplomasi dunia”. Pemerintah Inggris meminta penyelidikan independen, sementara Jerman, yang selama ini menjaga “utang sejarah” terhadap Israel pasca-Holocaust, tak lagi bisa menahan desakan masyarakatnya untuk bersikap lebih tegas.
Namun, meski kritik menguat, belum terlihat langkah konkret seperti sanksi atau pemutusan hubungan. Eropa masih terbelah antara kepentingan strategis, tekanan opini publik, dan rasa bersalah historis terhadap Israel.