PEKANBARUEXPRESS
|
![]() |
|||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
Ancaman tersebut disampaikan saat media internasional mulai memberitakan rencana Spanyol, Norwegia, dan Irlandia untuk mengakui kemerdekaan Palestina secara resmi. Netanyahu, bukannya menahan diri, justru memperlihatkan posisi ultra-nasionalisnya secara terbuka: bahwa keamanan Israel harus dijaga dengan mencaplok lebih banyak tanah.
Sikap ini membuat banyak kalangan menyebut Netanyahu sebagai ancaman bagi stabilitas global — bukan hanya bagi Palestina, tetapi juga bagi kesepakatan hukum internasional yang sudah puluhan tahun dibangun pasca-Perang Dunia II.
Palestina di Tengah Kepungan Politik Global
Di balik permainan politik tinggi antarnegara, rakyat Palestina tetap menjadi korban utama. Kota Gaza nyaris rata dengan tanah. Rafah yang seharusnya menjadi zona aman berubah menjadi ladang pembantaian. Anak-anak menangis tanpa tahu siapa yang harus mereka salahkan. Rumah sakit kehabisan pasokan. Sekolah-sekolah hancur. Listrik dan air bersih menjadi barang mewah.
Lebih dari 30 ribu warga sipil tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Namun dunia seperti kehilangan empati. Kekerasan yang menimpa Palestina perlahan menjadi statistik di layar televisi — bukan tragedi kemanusiaan yang menggerakkan aksi nyata.
Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional kesulitan masuk karena blokade. Relawan hanya bisa mengirim laporan dari jauh. Sementara itu, pemerintah-pemerintah besar dunia masih sibuk membahas kata-kata diplomatik yang tak menyelamatkan siapa pun.